Lonjakan Kasus Gangguan Jiwa di Blitar: Lebih dari 2.600 Warga Terdampak, Mayoritas Perempuan Usia Produktif

Media Berita Blitar – Gangguan jiwa di Kabupaten Blitar mengalami lonjakan signifikan sepanjang Januari hingga Mei 2025. Dalam kurun waktu lima bulan, sebanyak 2.697 pasien tercatat mengakses layanan poli jiwa RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, menjadikannya salah satu angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Data ini hanya mencakup pasien yang terdeteksi melalui kunjungan langsung ke rumah sakit. Angka riil diperkirakan jauh lebih tinggi, mengingat banyak kasus yang belum terdiagnosis atau tidak tercatat secara medis.
“Fenomena ini menunjukkan dua sisi mata uang. Masyarakat kini lebih sadar pentingnya kesehatan mental, tapi di sisi lain juga mengindikasikan tekanan hidup yang semakin berat,” ujar dr. Endah Woro Utami, Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Rabu (25/6/2025).
Perempuan dan Usia Produktif Paling Rentan
Dari total kasus yang tercatat, mayoritas pasien adalah perempuan dan berada dalam rentang usia produktif. Kelompok usia 25–44 tahun menempati posisi tertinggi dengan 890 kasus, disusul usia 45–64 tahun sebanyak 706 kasus, dan Gen Z (15–24 tahun) sebanyak 270 kasus.
“Kelompok ini menghadapi tekanan berlapis, mulai dari pekerjaan, beban rumah tangga, hingga tekanan sosial yang jarang dibicarakan,” jelas Woro.
Lima Jenis Gangguan Jiwa Terbanyak
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi juga merilis lima gangguan mental terbanyak yang ditangani:
-
Gangguan kecemasan menyeluruh (GAD) – 552 kasus
-
Skizofrenia paranoid – 235 kasus
-
Skizofrenia hebefrenik – 204 kasus
-
Gangguan campuran anxietas dan depresif
-
Gangguan mood lainnya
Woro menjelaskan bahwa beban pikiran yang terpendam sering kali menjadi pemicu utama. Gangguan ini muncul karena ketidakseimbangan kapasitas adaptasi terhadap tekanan hidup.
“Ketika beban hidup seseorang melebihi kapasitas daya tahan mentalnya, gangguan jiwa bisa terjadi,” imbuhnya.
Faktor Pemicu dan Penanganan Medis Modern
Penyebab gangguan mental yang paling sering ditemukan antara lain:
-
Tekanan pekerjaan
-
Masalah ekonomi keluarga
-
Beban sosial
-
Konflik dalam relasi interpersonal
Untuk penanganan, RSUD mengandalkan pendekatan berbasis bukti (evidence-based) seperti terapi kognitif perilaku (CBT), yang telah terbukti efektif dalam membantu pasien menghadapi dan mengelola gejala.
Baca Juga : 2.000 Kader PDIP Jateng Ziarah Makam Bung Karno di Haul sang Proklamator, Ini Kata Bambang Pacul
Kesadaran Meningkat, Tapi Dukungan Mental Masih Kurang
Kenaikan angka kunjungan poli jiwa ini juga menandakan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental. Namun, tantangan yang lebih besar adalah bagaimana mengintegrasikan dukungan mental ini ke dalam sistem kesehatan masyarakat dan lingkungan kerja.
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi mendorong agar keluarga dan komunitas aktif dalam mendeteksi gejala awal dan tidak lagi menstigma gangguan jiwa.